Janu & Febi

Hari ini berjalan seperti layaknya hari-hari biasa dalam kehidupanku, kulakukan kebiasaan biasa rutinitas sehari-hariku. Mulai dari bangun pagi, pergi bekerja dan kemudian pulang kerumah, masuk ke kamar kemudian istirahat sambil menyalakan komputer dan ku nyalakan mp3 ku. Kemudian hatiku terhenyak ketika terdengar alunan lagu yang mengingatkan akan masa laluku. Inilah kebiasaan ku, dimana aku selalu memasukan semua koleksi lagu-laguku yang ku dapat dari zaman sekolah dulu yang hingga kini berjumlah hampir 10.000an lagu, ku putar secara random (acak) sehingga terkadang terdengarlah lagu2 yang menjadi kenangan ku di masa lalu layaknya sound track ku pada masa itu.

Seiring lagu mengalun, tiba2 tergerak hatiku untuk mengamati rak buku koleksi semua novelku, perhatianku tertuju pada salah satu majalah tua yang hingga saat ini ku simpan bercampur dengan semua koleksi novel di kamarku. Majalah tersebut begitu mencolok di bandingkan dengan semua koleksi novelku yang kebanyakan novel luar negeri yang tebal-tebal -yang temanku bilang cocok untuk melempar anjing atau pengganjal pintu- kemudian kuraih majalah itu dan kemudian aku merasakan bagaikan melayang ke masa lalu, semua terasa bagaikan indera ku merasakan kembali dengan jelas semua kenangan2 yang kualami dulu. Aku pun mulai menulis, karena terinspirasi dari suatu cerpen yang ku baca di majalah tersebut. Maka dimulailah cerita ini.


Umurku saat itu 5 tahun, kuikuti langkah ibuku dengan langkah yang cepat2 untuk menyeimbangkan perbedaan langkah kami. Kami berjalan melewati rumah-rumah di sekitar komplek perumahan dimana kami tinggal. Seiring mengikuti langkah ibuku aku memperhatikan rumah2 yang kulewati, ada yang masih bergaya lama dimana masih terdapat pekarangan yang luas baik di samping maupun depan rumah, maupun yang telah di bangun manjadi 2 tingkat. Kemudian pada sebuah halaman rumah yang kami lalui aku melihat sosok perempuan seumuranku yang cantik dan membuatku terpukau hingga menyebabkan aku menabrak ibuku dan hampir terjatuh karena perhatianku teralihkan pada perempuan tersebut. Itulah awal pertemuanku dengannya.

Semenjak kejadian itu aku pun sering menyengajakan diri untuk pergi ke daerah itu. Ketika waktu berjalan dengan cepat, selama 6 tahun terakhir aku hanya dapat memandangnya dari kejauhan. Semua itu dapat ku lakukan karena rumahnya dan rumah temanku berdekatan, ketika aku main kerumah temanku sekali dua kali aku dapat memandangnya, sesekali aku ingin untuk memberanikan diri berkenalan namun aku tak sanggup. Karena kita berlainan sekolah. maka sangat sulit untuk bisa mengetahui dirinya. Kemudian saat untuk bisa mengenalnya pun tiba di saat aku telah menginjak kelas 6 SD.

Pertemuan itu terjadi disaat aku mengikuti bimbingan belajar, ternyata dia pun ikut bimbel disana. Disitulah kami mulai saling menyapa. Awalnya aku mencuri2 pandang kearahnya ketika jam istirahat (kita berbeda kelas) dia memang menarik, dari semua perempuan yang ada disitu dia terlihat paling menonjol. Perawakannya sedang, tidak terlalu pendek atau pun tinggi, badannya kurus. Kulitnya putih dan sangking putihnya apabila cuaca sedang panas kulihat pipinya selalu berwarna semu merah, matanya besar dan indah bagai boneka dan berwarna agak ke cokelat terang dan begitu pula dengan warna rambutnya yang cokelat. hidungnya kecil namun mancung, dan berbibir tipis. Mungkin bila diibaratkan artis aga mirip arumi bachdim (ko seperti pemain bola yah?).

Kemudian beberapa saat kemudian mungkin karena menyadari dirinya kuperhatikan secara terus menerus sampai aku bisa mendeskripsikan dirinya dengan begitu detail, dia pun menoleh kearahku kemudian matanya menyorotkan org yang sedang berfikir dan tiba2 dia menyapaku dan berkata "hei! Kamu kan yang sekomplek denganku?" ujarnya. "eh, i..iyah..kita tetanggaan yah?" jawabku. "Asyik! Aku ada temen pergi bareng donk?" ujarnya lagi. Rasanya dadaku serasa meledak! Hingga membuatku untuk sulit berbicara "bo..boleh..kapan?" jawabku sembari tergagap, "Lusa?" ucapnya mantap (jadwal les kami seminggu 3x dan selang seling harinya). Setelah itu aku hanya mengangguk dan menyunggingkan senyum paling manis yang keluar begitu saja secara alami. Mungkin inilah pertama kali aku tersenyum semanis itu.

Ketika hari itu tiba, dua jam sebelum keberangkatan aku mulai berdandan dan mandi, padahal sebelumnya aku tak pernah mandi sebelum berangkat les. Dan perlu kalian ketahui inilah rekor aku mengaca, karena sebelumnya aku jarang mengaca dan rambutku sering acak2an seperti habis ngebut2an naek motor tanpa helm. Ternyata ketika sedang asyik mengaca terdengar teriakan seorang wanita dari arah luar rumahku. "OMAYGAT" ujarku dalam hati, aku lupa untuk janjian bertemu di luar, orang tuaku yang cukup rewel masalah pacaran akan amat sangat mengganggu mengetahui aku pergi bareng dengan seorang perempuan.

Aku pun lari terbirit-birit keluar rumah layaknya rumahku sedang kebakaran. Dia memandangku aneh dan kita pun berlarian kejar2an menjauhi rumahku itu. "kenapa kamu lari?" tanyanya, aku hanya mendekatkan telunjukku kearah mulut, dan dia pun membalas dengan acungan jempol. Aku terpana, rasanya itulah jempol terindah di dunia ini. Inilah yang menjadi kenanganku pertama jalan berdua dengannya. yang kuanggap kencan pertamaku walau pun tak seperti itu keadaannya.

Di dalam angkot kita pun mulai berbincang2, namun sialnya aku tak bisa berkata banyak. Karena merasa gugup, keringat dingin menjalari tubuhku. Sialnya dalam angkutan umum udara amat sangat panas dan aku memakai jaket. kemudian sisa perjalanan kami lebih banyak diam, aku sibuk mengipas2 sembari mengelap keringat yang sedari tadi terus menerus mengalir deras dan dia pun kuperhatikan asyik mengutak atik tamagochinya. Hancur sudah dandanan yang kupersiapkan selama dua jam dirumah, kemudian tak ada hal menarik setelah kejadian itu.

Karena kebodohan dan kelemahan diriku. Kita menjadi tak pernah bareng karena Aku takut kejadian keringat yang membanjiri tubuhku dan kekakuan diriku terulang hingga membuatnya ill feel kepadaku. Tak terasa waktu berjalan hingga memasuki masa SMP aku tak percaya melihat sosoknya pada saat MOS (masa orientasi siswa) di kejauhan dia melambai kearahku dan aku hanya tersenyum karena gugup. Ternyata secara kebetulan kita satu sekolah. Dia seperti ingin ku datangi namun aku langsung memalingkan muka dan kemudian kualihkan perhatian pada teman di sebelahku, aku terlalu takut untuk bertemu lagi dengannya.

Kejadian aneh pun terjadi, OSIS kelas tiga yang mengospek kami datang menghampiriku, dia merangkulku dan membawaku ke tempat sepi. Aku takut sekali, saat itu adalah masanya robot gedeg, kalian tahu kan alasan ketakutanku? Namun ternyata dia hanya menanyaiku dengan nada mengancam, "kamu yang namanya janu?" tanyanya. "iya kang" jawabku. "kamu pacarnya febi?" aku tersentak kaget saat ditanya seperti itu, febilah nama perempuan yang selama ini kusukai. Mendengar itu hatiku campur aduk dan bertanya-tanya "kenapa bisa?" ujarku "akang dekati febi dan dia bilang dia udah punya pacar dan dia bilang kamu orangnya!" ucapnya dengan nada mengancam lagi. "bu..bukan kang bukan! Saya bukan pacarnya febi kang!" "oh kalo gitu akang bisa donk deketin febi kalo kamu bukan pacarnya?" "mangga kang mangga.." jawabku, dan itulah kebodohanku. Semenjak itu febi pun berpacaran dengan sang senior yang aku sudah lupa lagi siapa namanya. Aneh bukan?

Terjadi keanehan lain dimana di awal pertama masuk SMP ini aku ada rasa pada sosok perempuan lain selain febi, ia bernama septy. Berbeda dengan febi yang aga keindoan, septy berparas memancarkan kecantikan perempuan indonesia asli, klo dimiripkan dengan artis dia bertipe seperti Dian Sastro, Sandra Dewi dan Nisa (kalian tahu org yang ketiga? Kuharap kalian tidak tahu karena hanya asal sebut supaya sunah rosul : ganjil) Aku bertemu dengannya disaat awal mengikuti eskul, ketika pada tahun kedua ternyata kami sekelas. Hingga pada suatu saat entah apa yang kumakan saat sarapan hingga kejadian aneh ini bisa terjadi. Septy mengajaku bicara berdua, kemudian dia menembak ku! Aku syock berat, ko bisa? Tanyaku dalam hati. Dan kalian tahu apa yang keluar dari mulut ku? "maaf ty, janu ga mau pacaran dulu" itulah keanehan yang terjadi, aku lebih menyukai meratapi febi memandangnya dari jauh daripada membuka lembaran baru dengan perempuan lain yang juga kusukai saat itu.

Seiring tahun-tahun berganti, begitu pula febi dan kisah cintanya yang selalu Bergonta ganti pasangan. Entah kenapa ketika SMA kita menjadi satu sekolah lagi. Dan kejadian itupun terulang, dia dipacari kaka kelas di SMA. Dan aku pun hanya bisa memandangnya di kejauhan, tersenyum ketika dia melambai kearahku sambil berjalan dengan pasangannya. Diawal tahun pertama SMA ketika itu kelasku mengikuti kompetisi sepakbola antar kelas. Karena aku cukup lihai -mengingat semenjak kecil kerjaanku hanya bermain bola di komplek rumahku- aku pun dipasang menjadi striker, dan selalu mencetak gol. Kulihat di sisi lapangan febi selalu menonton dan kadang sesekali dia berteriak "ayo janu!" dan ketika usai dia selalu menyapaku "kamu jago juga yah jan? Ko bisa sih ampe kipernya ketipu gitu?" aku pun membalas "kipernya ngeliat kamu kali feb, jadi otaknya ngawur" candaku.

Semenjak itu tim kelasku selalu menang hingga masuk semifinal. Lawan kami adalah kelas dua, dan pada saat itu angkatan ku dan angkatan kelas dua memang kurang akur. Angkatan kita sering bersitegang dan selalu di tengahi oleh kelas tiga. Pada saat itu permainan berlangsung keras. Ketika aku membawa bola dan berhadapan satu lawan satu dengan kiper, Aku diterjang kiper tersebut, dia menerjang bagaikan kita saat ini sedang bergulat bukan bermain bola. Aku terpental terkena sikutannya. Aku meringis kesakitan merasakan ada benturan hebat di kepalaku. Aku pun di tandu ke sisi lapangan oleh PMR.

Aku setengah sadar, kesadaranku mulai pudar ketika kulihat darah di tanganku setelah mengusap-usap kepalaku yang sakit. Ketika aku dibawa ke ruang kesehatan kulihat samar2 febi mengikuti disisiku. Aku merasa seperti mimpi melihat wajah cemas febi mengikutiku hingga keruang kesehatan kemudian aku tidak sadar. Kesadaranku pulih ketika semua teman2 kelasku membuat keributan berkumpul di sekelilingku. Mereka berteriak meneriakan kemenangan, yup kelasku menang dan melaju ke final. Diantara kerumunan kulihat sosok febi di kejauhan memandangiku dan tersenyum cemas kearahku, aku pun membalas senyumannya dan kemudian sekelilingku pun di penuhi teman sekelasku yang kemudian membopongku rame2 untuk merayakan kemenangan, setelah itu sosok febi pun menghilang karena dia berbeda kelas denganku.

Setelah kejadian itu kami menjadi juara, di final aku cukup fit untuk bermain walaupun dengan keadaan kepala di perban. Dan kehadiran febi tak terlihat dari awal pertandingan final tersebut. Padahal dia selalu menonton dari awal kompetisi di mulai, kenapa ketika acara puncak dia tak menonton? Sudahlah, pikirku. Yang penting kelasku telah juara. Beberapa bulan setelah kejadian itu kulihat febi berjalan sendirian tanpa ditemani bodyguard eh..pacarnya. Aku pun memberanikan diri untuk menyapanya. "sendirian aja feb?" "iyah..temenin aku pulang yuk?" semenjak itu pun kita selalu bareng baik pergi atupun pulang sekolah.

Jantungku berdegup kencang, perasaan ketika kelas 6 SD pun terulang, dandan dan ngaca dalam waktu lama pun terulang, namun kali ini kita janjian di suatu tempat karena aku tak mau orang tua ku tahu. Aku canggung sekali, dan lucunya dia mengajariku untuk ngedate dengan baik dan benar, pokonya lucu, karena sebelumnya aku tak pernah sekalipun pacaran begitu pula kencan, kami mungkin lebih tampak bibi mengajak maen keponakannya. Dia selalu memberi masukan cara ngedate yang baik dan benar. Seperti ketika ada sekumpulan perempuan yang curi-curi pandang kepadaku dan aku pun tersenyum kearah mereka dan tiba-tiba "aw..sakit feb! Kenapa nyubit sih?" "jangan kegatelan ama cewek lain kalo lagi jalan ama cewek sendiri!" sewotnya. "ih, sapa yang gatel? Mereka duluan yang mandangin janu dan senyum2 kaya gitu! Kenapa juga coba mereka kaya gitu?"balasku "soalnya kamu cakep" ujarnya "oh.." ucapku "bukan oh doank kasep! Kalo ada cewek yang muji, kamu harusnya bilang makasih!" jawabnya "makasih deh feb" ujarku singkat, "kamu tuh yah? Jarang lho cewek berani muji cowok, seharusnya kamu bales juga! Kecuali kalo aku emang ga cantik menurut kamu" ujarnya sambil cemberut. "eh iyah..kamu juga cantik feb..hehehe..." itulah pelajaran yang selalu terngiang2 olehku saat kencan pertama.

Kau tahu? Tak selamanya cerita berjalan indah dalam kehidupan ini. Ternyata ada kejadian yang tak terduga muncul. Dia menangis terisak-isak di kelas ketika istirahat. Aku diberitahu teman sekelasnya yang heboh berlari ke kelasku dan berkata kalo febi sedari tadi menangis dikelas dan selalu izin untuk tidur dengan alasan sakit ke semua guru padahal dia sedari tadi menangis. Ketika kumasuki kelasnya tangisannya semakin menjadi2 ketika melihat kedatanganku. Aku pun duduk disebelahnya untuk meredakannya dan bertanya "Ada apa feb? Kenapa nangis?" sambil terisak-isak febi bercerita kalau kemarin dia liburan bersama keluarganya. Dan dia mulai merasa aneh ketika ada keluarga lain saat liburan tersebut. Awalnya febi mengira hanya keluarga teman ayahnya, tapi ternyata ada maksud dibalik itu semua. Febi diperkenalkan dengan seorang laki-laki anak keluarga tersebut, yang bernama agus. Setelah itu febi dan agus seperti di seting agar selalu berduaan dengan agus. Dan rupanya mereka di jodohkan.

Agus sudah kuliah dan febi masih kelas satu sma, dan parahnya agus itu omes (otak mesum) begitulah penjelasan febi. Ketika dalam satu ruangan agus berusaha mencium febi, dan febi mati2an untuk menghindar. Ketika melaporkan kepada orang tuanya, orang tuanya marah2 karena febi mengacuhkan agus. Febi ditekan supaya menerima kenyataan kalo agus adalah calon suaminya kelak. Kulihat perban di pergelangan tangannya. Aku berteriak marah, "kamu ngapain pake gini2an segala!!??" rupanya febi sudah tak tahan, dia merasa depresi karena keadaan ini. Aku pun menghiburnya dan berkata semuanya akan baik-baik saja selama aku ada di sisinya menemaninya.

Di saat pulang kerumah, aku tersentak kaget. Karena ada tamu dirumah dan tamu itu adalah ayahnya febi. Ayahku dan ayahnya tampak sedang berbicara serius dan memandang sekilas kearahku dengan pandangan menyeramkan. Aku pun berlari memasuki kamarku. Ada apa ini? Ujarku dalam hati. Aku dipanggil orang tuaku. Dan orang tuaku marah besar mengetahui aku dekat dengan febi yang telah dijodohkan oleh orang tuanya. Padahal selama ini aku merahasiakan semua ini, namun entah darimana orang tuaku mendengar kedekatanku. Aku di paksa orang tuaku untuk menjauhi febi. Rasanya seperti mimpi saja.

Disekolah pikiranku melayang. Entah apa yang mesti kulakukan. Semua pelajaran tak dapat ku cerna, pikiranku hanya tertuju pada febi. Aku sayang pada febi namun keadaan tak memungkinkan untuk bersama, bila pun back street sekalinya ketahuan dampaknya sudah mengatasnamakan keluarga. Aku amat takut dengan keluargaku, Layaknya romeo and juliet pikirku. Ketika Pelajaran olah raga, disaat semua temanku mulai berganti baju dan satu persatu meninggalkan kelas tinggalah aku seorang dalam kelas. Kutetapkan untuk bolos pelajaran, Kukeluarkan walkmanku kuputar lagu creed dengan lagu one last breath yang saat itu sedang kusukai dan aku pun memulai menulis pada secarik kertas. Aku menulis hingga teman2ku selesai pelajaran olah raga.

Di saat pulang sekolah, aku mampir ke kelas nya dan memberikan surat itu kepadanya. Aku bilang ada tugas hingga mesti kerumah teman dan tak bisa mengantarnya pulang. Dia bilang ini surat apa? Aku hanya bisa tersenyum pahit dan membalikan badan kemudian melangkah menjauh seolah2 itu adalah perpisahan. Dan memang ternyata itu menjadi pertemuan terakhirku dengannya. Seminggu tak kulihat febi di sekolah padahal kita akan menghadapi kenaikan kelas. Rupanya dia pergi kerumah saudaranya yang bekerja menjadi atasan di majalah remaja di luar kota. Dan temanku menyarankanku untuk membaca salah satu majalah remaja karena ada salah satu cerpen karangan febi.

Dengan malu2 aku membeli majalah remaja untuk cewek itu sepulang sekolah, dan memang benar. Ada salah satu cerpen karangan febi di muat disitu, berisikan kisah cinta seorang cewek yang memendam rasa kepada seorang cowok dari semenjak umur 5 tahun. OMAYGAT!! Ternyata selama ini semua tak seperti yang kupikirkan. Sepertinya semua perjalanan kisah hidupnya tertuangkan dalam cerita tersebut. Di situ disebutkan ternyata semenjak dulu pun febi ternyata suka memandang ku dari kejauhan, menikmati senyumanku yang manis dan hal-hal lainnya.

Terungkaplah fakta bahwa sedari dulu febi menungguku, mengharapkan diriku untuk menyatakan cinta kepadanya yang tak kunjung datang namun selalu saja malah org lain yang melalukan itu. Sikapku yang tampak acuh tak acuh kepada dirinya hingga membuat febi tak kuasa untuk menolak cinta lain, juga dengan alasan agar dapat melupakan diriku namun ternyata tidak. Kini aku tahu kalau kenapa kita selalu satu sekolah, karena febi selalu bertanya-tanya kemana aku akan memilih sekolah, di saat final sepak bola febi tertidur dirumahnya karena seharian mencemaskan diriku hingga tidak tidur sampai pagi. Lalu selama ini aku bisa memandangnya dan menyapa dirinya disekolah karena febi menyengajakan diri untuk mencari diriku ingin mengetahui keadaanku, dan banyak hal-hal yang lain yang terungkap yang selama ini tak ku ketahui.

Namun semenjak kejadian perjodohan tersebut ditambah mendapat surat putus dariku dan semua penjelasanku. Maka dia pun melarikan diri ke rumah saudaranya di luar kota dan tak ingin kembali pulang karena tak tahan dengan penderitaan yang dialaminya. Lucunya di akhir cerita cerpen karangannya aku menghilang keluar negeri dan febi menamakan Anaknya janu di kemudian hari untuk mengenangku yang telah hilang. Aku tersenyum sedih mengakhiri cerita tersebut.

Berbulan2 kemudian setelah cerpen itu dimuat aku pun menyadari bila febi memilih untuk tinggal di luar kota bersama saudaranya. Dan tak pernah pulang kembali. Aku melalui hari2ku dengan perasaan rindu pada febi, mungkin dia saat ini sedang memikirkanku? tak ada yang tahu. Bertahun-tahun berlalu, stelah itu sering kali aku mempunyai kekasih yang baru, karena pikirku febi disana mungkin tak menginginkanku terus2an depresi karena dirinya, walaupun tak pernah lama dan selalu kandas. Mungkin sosok febi masih tak tergantikan dalam hatiku yang paling dalam menyebabkanku seringnya berganti pasangan tanpa menemukan yang cocok. Hingga setelah yang kesekian kalinya kutetapkan diriku untuk berhenti mencari namun menunggu, menunggu keajaiban layaknya di saat umurku 5 tahun dimana secara tak sengaja ku temukan dirinya disaat aku bejalan bersma ibuku.

Mungkin seperti dalam cerpen ciptaannya, bila kita memang tidak berjodoh dan tak akan pernah bertemu lagi, suatu saat nanti aku pun akan menamakan anakku seperti namanya kelak. Kupikir mungkin ini semua karena nama kita, janu dari januari dan febi dari februari, januari dan februari tak akan pernah bisa bersama karena bila bersama maka bulan jadi hanya 11. Mungkin Febi jodohnya dengan si Latib, entahlah itu hanya gurauanku saja, hehehe.

Kututup tulisanku yang telah selesai. Kemudian ku besarkan volume suara mp3 yang sedari tadi mengalun menemaniku menulis semua cerita tentang kisahnya, saat ini sedang mengalun lagu yang merupakan lagu favoritnya ketika kita berpacaran dulu, aku tersenyum sambil memejamkan mataku dan membayangkan senyum manisnya. Aku pun berujar pelan untuk mengenang kata yang selalu ku katakan kepadanya dulu "Janu sayang Febi, dan sayang itu tak akan pernah hilang.." dan akupun mulai tertidur.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Followers